Diposkan pada Melon

Buah Melon

Melon

Buah melon adalah buah yang masih satu suku dengan semangka atau labu-labuan jenis lain. Buah ini biasa di gunakan sebagai hidangan sebelum makan, di buat jus buah atau di gunakan sebagai campuran es buah. Buah dengan rasa manis yang khas dan daging buah yang lembut akan terasa segar dan nikmat jika di makan di siang hari yang panas.

Melon sendiri merupakan tumbuhan satu musim yang tumbuh secara menjalar pada tiang penyangga yang sengaja di sediakan oleh petani buah ketika membudidayakan melon. Tumbuhan buah ini merupakan jenis tumbuhan yang berumah satu, yang mana perkawinan buah ini dapat di lakukan dengan bantuan angin dan sentuhan yang lain.

Buah jenis ini memiliki ciri-ciri daging buah yang tebal, karena bagian yang harusnya untuk kulit berubah menjadi daging buah yang memiliki kandungan air cukup tinggi. Sehingga daging buahnya memiliki konsistensi yang tebal, halus, manis dan sedikit bau harum.

Melon sendiri terdiri dari berbagai jenis, yang di temui di Indonesia sendiri ada jenis melon dengan daging buah berwarna oranye dan daging buah berwarna hijau segar. Rasa dari kedua jenis melon ini sedikit berbeda, namun sama-sama manis.


Referensi :

Anggriawan, Gladie. Apa itu buah melon? https://tanimuda.com/apa-itu-buah-melon/. Diakses pada 11 November pada pukul 23.00.


Diposkan pada Guyonan Semesta

Pengembara

by nona alubiru

aku menunggu sang pengembara malam lewat di pelataran kota. jalan jalan yang kelam, lampu jalan yang  temaram. aku menunggunya. untuk menjemputku dikeabadian nantinya. aku menangis dihadapannya, saat kutemukan dia berada disudut jalan menggunakan topi hitam penuh suram. berjalan kearahnya seakan kakiku melayang dengan sendirinya.   kau tau? sekarang ia berbeda dengan frasanya.

Diposkan pada Serenade

Diorama

by Tulus

Aku patung, mereka patung
Cangkir teh hangat, namun kaku dan dingin
Meja-meja kayu mengkilap
Wajahmu dibasahi air mata yang dilukis

Tubuh kaku tidak bergerak
Ingin hapus air matamu, tapi aku tak bisa
Patung-patung kayu mengkilap
Pikiran mereka kosong memikul peran

Harusnya cerita ini bisa berakhir lebih bahagia
Tapi kita dalam diorama
Harusnya sisa masa ku buat indah menukar sejarah
Tapi kita dalam diorama

Diorama

Diorama

Sakit hatimu karena aku
Sakit membekas dalam, jadi bagian sejarah
Tak ada kesempatan untuk berkilah
Untuk selamanya masa itu menguasaimu

Harusnya cerita ini bisa berakhir lebih bahagia
Tapi kita dalam diorama
Harusnya sisa masa ku buat indah menukar sejarah
Tapi kita dalam diorama

Diorama

Harusnya cerita ini bisa berakhir lebih bahagia
Tapi kita dalam diorama
Harusnya sisa masa ku buat indah menukar sejarah
Tapi kita dalam diorama

Diorama

Diorama

Diposkan pada Lembaran Khayalan

Kita, apa?

“Rion? Kau sudah selesai mengerjakan tugas mu kemarin? Apa kau lupa untuk mematikan ac tadi malam? Hei bangun! Lihat tumpukan tugasmu Rion. Setidaknya isi perutmu dengan sarapan yang kubuat.” Teriak Frasa sambil menguncang tubuh Rion.

“Nori? Ini masih pagi, bagaimana kau bisa ada disini? Ah aku mengantuk sekali.” igau Rion.

“Bedakan aku dengan teman wanitamu itu. Aku Frasa.” ucap Frasa dengan rasa kesal.

“Ah kau lagi. Bosan aku melihatmu.”

“Jika aku enyah, apa kau tidak akan bosan?”

“Aku akan bosan”

            Frasa tersenyum mendengar jawaban Rion. Ini sudah malam, tapi Rion baru saja terbangun dari acara kebut tugas sebelum deadline. Rion adalah mahasiswa semester terakhir dengan tumpukan tugas yang memenuhi rumahnya. Sedangkan Frasa hanya sebatas teman masa kecil bagi Rion. Jika pria dan wanita menjalin persahabatan, kalian tau kan akhirnya nanti bagaimana? Mengenaskan. Belum berakhir saja sudah sangat menyakitkan bagi kedua belah pihak.

“Makanlah terlebih dulu. Aku akan mencuci dan membersihkan rumah.”

“Kau bukan pembantuku. Lagipula kau sudah membersihkan rumahku tadi pagi. Kebiasaan remajamu tak pernah berubah.”

“Aku juga tak ingin merubahnya.”

“Jangan mengasihani ku. Aku tidak butuh belas kasihan.”

“Ya, aku tau. Yang kau butuhkan adalah kasih sayang. Dan akan kuberikan itu dengan sepenuh hati tanpa pamrih.”

            Mereka adalah teman masa kecil. Frasa yang hidup dengan ayahnya, dan Rion yang hanya sendirian. Ibu Frasa, Ayah dan Ibu rion meninggal dalam kecelakaan bus saat mereka bersama sama akan menghadiri upacara kelulusan anak tunggal mereka. Sekarang Rion hanya hidup sendiri, bahkan hak wali Rion jatuh pada ayah Frasa.

            Rumah mereka bersebelahan. Beberapa minggu ini, Karna tugas Rion yang menumpuk perhartian ekstra diberikan oleh Frasa. Tapi kadang perhatian itu menjadi kesalahpahaman dan menyebabkan mereka bertengkar seperti ini lalu mereka akan diam beberapa saat dan berbaikan saat salah satu dari mereka meminta maaf terlebih dahulu.

“Maaf” ucap Frasa.

“Hm.” Dehem Rion sambil menarik frasa untuk memeluknya. Perlakuan seperti ini pun sudah dianggap biasa.

            Mereka berdua berpelukan sambil sesekali Rion menanyakan bagaimana hari gadis dipelukannya itu. Frasa tidak melanjutkan kuliah seperti Rion,  ia lebih memilih tinggal dirumah menemani masa tua sang ayah sambil menulis beberapa novel untuk diterbitkan. 

            Pelukan itu berlangsung lama sampai perut rion berbunyi ingin diisi.

“Isi dulu perutmu. Aku membuatkanmu kentang balado dan tumis jamur. Cepat makan sebelum dingin. Aku tak akan menyuapimu.”. Rion hanya mengganguk dan memakan makanan yang sudah disiapkan Frasa.

            Sambil menunggu Rion, Frasa membereskan buku buku Rion yang berserakan dilantai, Meja dan tempat tidurnya. Lalu mengecek perkembangan tugas Rion. “Kau sudah mengerjakan 5 tugas semalam? Hari ini berapa?”

“Perjalanan masih panjang. Masih ada 23 tugas, belum dengan anakan tugas dan revisi, remedial. Apa aku resign saja jadi mahasiswa?”

“Bodoh.” Umpat Frasa lalu duduk memandang laptop Rion dan mulai membantu tugas laki-laki itu. “Kenapa kau tadi mengira aku Nori?”

“Aku bermimpi tentangnya.”

“Mimpi indah atau buruk?”

“Kenapa? Apa kau cemburu?”

            Frasa memilih diam.

“Itu mimpi buruk. Aku tidak ingin bermimpi seperti itu lagi.” Jawab rion sambil mengunyah makanannya. “Nori menyakitimu. Karna aku tidak terima aku membunuhnya. Aku tidak suka jika ada yang menyakitimu.”

“Jadi kau tidak menyukai dirimu sendiri?”

“Kenapa kau sangat berterus terang?”

“Karena kau yang menyuruhku seperti itu. Untuk tudak menyembunyikan perasaan dan tidak menahan diri didepanmu.” Frasa menghentikan jarinya yang sedari tadi lihai mengetik di atas laptop, “Padahal aku sudah menolak tapi kau masih memaksa. Aku takut jika kau merasa jika kau tak pantas untuk berada didekatku karena kau telah menyakitiku. Aku tidak ingin kau berfikiran seperti itu. Karna itu hanya membuat sakit kepala.”

“Hm…” deheman Rion membuat Frasa sedikit kesal.

“Lagipula, apa kau tau? Mustahil untuk tidak menyakiti seseorang. Hanya dengan keberadaan seseorang itu bisa menyakiti oranglain. Hidup ataupun mati mereka akan terus menyakiti.”

“Aku baru saja tau. Terimakasih telah memberitahuku.”

“Syukurlah jika kau sudah tau. Aku akan lebih berhati hati untuk tidak  menyinggung perasaanmu.” Ucap Frasa sambil melanjutkan kegiatannya yang tadi.

“Sebenarnya, kita itu apa?” pertanyaan telak dari Rion membuat kegiatan Frasa terhenti.

“Kita, sebatas teman yang tak ingin tuntas?”

“Teman.” Tegas Rion.

“Iya kita teman.” Jawab Frasa tersenyum ssambil menengok kearah Rion yang ternyata sedari tadi menatapnya dengan serius.

            Frasa beranjak berdiri dan berjalan kearah Rion. Membereskan perlengkapan makan Rion tadi dan berniat untuk segera pamit. Kisah ini, membuatnya sakit hati.

“Aku sudah meneyelesaikan tugas presentasimu. Aku juga sudah mengisi kulkasmu. Jangan lupa untuk mandi. Kau bau. Ayah menyuruhku untuk pulang cepat hari ini, aku pulang dulu. Aku akan kembali esok pagi, Selamat malam.”

“Thanks sa.” Jawab Rion sambil tersenyum.

            Frasa tersenyum lalu mengangguk. Ia pergi meninggalkan  kamar itu. Tak ada penjelasan. Mereka sama-sama maju untuk mengambil langkah tapi tak pernah menemukan garis finish. Ini yang membuat mereka hanya berada pada putaran bianglala. Tak ingin ada yang berubah, tapi ingin memulai lebih. Punya masing masing cara untuk menyembuhkan luka dan mereka mengerti keadaan mereka bagaimana. Keinginan mereka hanya dusta belaka.

the end